Hello Everyone...
Tak terasa ya, satu tahun sudah kita hidup "berdampingan" dengan pandemi COVID-19, sebuah wabah yang siapapun tidak pernah menyangka akan separah ini, bahkan tidak kita ketahui kapan pandemi ini berakhir.
By the way, apa saja nih yang sudah kamu lakukan selama pandemi? Rasanya, tidak banyak hal yang bisa kita lakukan, bukan? Apalagi semenjak pemerintah menerapkan PSBB yang bertujuan untuk mencegah kerumunan massa, tak heran jika pandemi ini membuat aktivitas kita menjadi terbatas. Hal ini pun dirasakan oleh berbagai kalangan, tak terkecuali kaum Milenial.
Istilah "milenial" menurut wikipedia adalah kelompok demografi setelah Generasi X dimana para ahli dan peneliti menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Kaum milenial juga dinilai sebagai kaum potensial untuk melakukan perubahan, termasuk dalam menghadapi pandemi.
Namun sebenarnya, jauh sebelum pandemi ini, terlebih dulu masyarakat dihadapkan dengan masalah degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Selain itu, ancaman akibat perubahan iklim dan pemanasan global semakin mengurangi sustainabilitas bumi dalam memenuhi kebutuhan dan menunjang kesejahteraan umat manusia.
Sumber : instagram Yayasan Madani |
Begitu juga dengan eksploitasi sumber daya alam tak terbarukan kian memperburuk lingkungan karena perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan. Degradasi sumber daya inilah yang kemudian juga dijadikan objek bagi kaum milenial untuk dilakukan perubahan dengan harapan agar ekonomi dan lingkungan menjadi lebih sehat (Green Economy).
Pentingnya Sosialisasi Green Economy bagi Para Milenial
Dilansir dari laman greeneconomics.net Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui salah satu badan organisasinya yaitu United National Programme (UNEP) telah meluncurkan Green Economy Inisiatives (GEI) untuk mendorong gerakan ekonomi hijau di negara-negara sejak bulan November 2008. Sementara itu, di Indonesia dalam hal ini Pemerintah juga menyadari pentingnya penerapan dan pelaksanaan green economy secara terarah dan menyeluruh seperti halnya diterapkan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) periode 2010-2014 sebagai dasar pengembangan perekonomian Indonesia. Maka, sudah sewajarnya jika green economy diketahui untuk kemudian diwujudkan oleh para milenial, termasuk melakukan "1000 Gagasan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan".
Sumber : green economy |
Mengapa Green Economy patut diwujudkan oleh kaum milenial? Alasannya cukup logis, karena kaum milenial-lah yang menjadi ujung tombak pembangunan masa depan atau yang disebut dengan agent of change dimana generasi milenial dikenal mudah membuat inovasi dalam melakukan perubahan ekonomi tanpa merusak lingkungan.
Muncul istilah "Green Millennialnomic"
Mengutip dari laman madaniberkelanjutan.id Green Millennialnomic merupakan gagasan ekonomi hijau yang dijalankan oleh generasi millenial. Dibahas lebih lanjut, menurut Delly Ferdian sebagai Digital Media Speciallist di Yayasan Madani Berkelanjutan menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga hal penting yang harus dilakukan millenial untuk mewujudkan pembangunan ekonomi tanpa merusak lingkungan. Pertama, milenial harus mampu menciptakan tren lifestyle yang ramah lingkungan. Kedua, memaksimalkan peran media sosial untuk kampanye lingkungan. Ketiga, mengembangkan start up berbasis lingkungan.
Tren Milenial Guna Mewujudkan 1000 Gagasan Menuju Ekonomi Berkelanjutan
Menurut saya, setelah mengetahui pentingnya mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, rekomendasi gagasan yang bisa dilakukan oleh kaum milenial untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan tanpa merusak lingkungan antara lain :
1. Menjadikan literasi sebagai budaya
Dalam mewujudkan pembangunan ekonomi, tentunya kita membutuhkan rujukan, referensi atau yang biasa disebut dengan literasi. Menurut Wikipedia, Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya.
Dengan menjadikan literasi sebagai budaya, maka akan terbentuk generasi millennial yang mempunyai dasar yang kuat dalam berpendapat, tentunya hal ini dibutuhkan dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
2. Mengkampanyekan pola hidup sehat
This is an important point, apalagi banyak kebiasaan hidup saat ini yang mendukung pola hidup sehat. Secara sederhana, pola hidup sehat dapat dijalankan dengan cara rutin berolahraga, makan makanan yang sehat dan tinggi gizi. Hmmm, terkesan klasik ya? namun inilah poin terpenting, seperti yang sudah tadi dibahas, sebagai agent of change, kaum milenial ini harus menerapkan pola hidup sehat sebagai bagian dari "senjata dalam diri" melakukan perubahan ekonomi berkelanjutan.
3. Menjaga lingkungan alam
Menjaga lingkungan alam dapat dimula dari lingkungan terdekat, terutama di rumah. Selain itu, bisa juga dengan mengembangkan tren go green lifestyle misalnya dengan membawa alat makan pribadi (sendok, garpu, sedotan) ke tempat kerja. Selain lebih aman bagi kesehatan, hal ini bisa mengurangi sampah plastik yang ditimbulkan ketika membeli makanan atau jajan diluar.
4. Aktif dalam kegiatan sosial dan ibadah
Next, aktif dalam kegiatan sosial sangat mungkin dilakukan oleh kaum milenial, terlebih dengan adanya teknologi yang memudahkan kita dalam menyebarkan informasi ke khalayak ramai. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah aktif dalam kegiatan ibadah, karena dengan cara tersebut akan lebih menyadarkan kita tentang tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
5. Asah kemampuan diri
Aspek ini pun tak kalah penting lho.. dengan cara ini dapat dibangun karakter seseorang untuk menjadi leader, management skill dan problem solver.
6. Berpartisipasi dalam Green Jobs
Jika beberapa aspek diatas sudah dilakukan, selanjutnya adalah berpartisipasi dalam green jobs. Apa itu green jobs? Menurut International Labour Organization (ILO), green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan menjadi lambang dari perekonomian dan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan mampu melestarikan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.
Beberapa pekerjaan yang mendukung green jobs antara lain Ecopreneur - Eco design architect - Eco Fashionpreneur - Electric Car Technician - Energy Startup - Organic Foodpreneur - Solar Panel Technician - Urban Farmer - Waste Management Startup.
Kesimpulan :
Sumber : instagram Yayasan Madani |
Menurut saya, pembangunan ekonomi tanpa merusak lingkungan merupakan tugas bersama. Dan sebagai bagian dari kaum milenial, saya mengajak pembaca artikel ini untuk ikut mewujudkan gagasan ekonomi tanpa merusak lingkungan dengan melakukan poin-poin diatas. So, untuk mewujudkan 1000 gagasan ekonomi tanpa merusak lingkungan, yuk kita mulai dari sekarang!
Referensi :
https://www.teguhjiwandanu.com/2019/07/peran-milenial-dalam-mewujudkan-sdgs.html?m=1
https://www.tanotofoundation.org/id/news/pemuda-dan-perannya-dalam-pencapaian-sdgs/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Literasi
0 comments:
Post a Comment